Mikul Duwur Mendem Jero: Menghargai Perjuangan Pendahulu dalam Perspektif Kyai Imaduddin Utsman Al Bantani

 

Para jamaah pada acara Haul ke-32 Mama KH. Muhammad Bashri

WANGSAKARA.COM, BOGOR 16 Februari 2025 / 17 Sya'ban 1446 H – Pondok Pesantren Al-Bashriyyah Dago Parungpanjang Bogor menggelar acara Haul ke-32 Mama KH. Muhammad Bashri bin KH. Abdurrohman. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk para ulama, kyai, santri, serta masyarakat sekitar. Selain itu, dalam kesempatan yang sama, diumumkan pula penutupan sementara pengajian Majelis Taklim (MT) Al-Bashriyyah dan MT Muslimat Al-Bashriyyah.

Dalam sambutannya, H. Hercules Rosario De Marshal atau yang akrab disapa Hercules, menyampaikan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga stabilitas negara. “Kita harus sama-sama, para kyai, ulama, bapak-bapak, ibu-ibu, bagaimana kita harus memberikan kontribusi kepada pemerintah agar negara kita aman. Kalau bukan kita siapa lagi? Kita harus kompak bersatu mendukung pemerintah,” ujarnya.

Sementara itu, dalam ceramahnya, Kyai Imaduddin Utsman Al Bantani menekankan pentingnya meneladani perjuangan Almarhum KH. Muhammad Bashri. “Abah Kyai Basri sudah nyata, Dzohiron Bayyinan, anaknya menjadi kyai, cucunya sedang mondok di Tasik sudah 6 tahun. Ini yang akan menggantikan estafet perjuangan agama sampai kiamat,” tutur beliau.

Kyai Imaduddin juga mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Al-Hasyr: 10)

Selain itu, beliau juga mengutip tafsir dari Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tafsir Munir atau Tafsir Marah Labid yang menjelaskan bahwa generasi penerus harus selalu berkata baik tentang pendahulu mereka. “Jika seseorang justru menjelek-jelekkan perjuangan para pendahulunya, maka ia keluar dari golongan orang-orang yang beriman,” tegasnya.

KH. Imaddun Usman Al Bantani menyampaikan ceramah agama

Beliau juga menegaskan pentingnya konsep mikul duwur mendem jero, yang berarti menghormati dan menghargai jasa para pendahulu serta tidak mengungkit kesalahan mereka. “Ini bukan hanya untuk mendoakan orang tua dan guru, tapi juga bagi pemimpin seperti bupati, gubernur, bahkan presiden. Kita tidak boleh menjelek-jelekkan pemimpin sebelumnya,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyoroti sikap Presiden Prabowo Subianto yang menolak tekanan untuk mengadili Presiden Joko Widodo. “Banyak yang mendesak Pak Prabowo untuk menangkap Pak Jokowi, tetapi beliau menjawab dengan ‘Hidup Jokowi.’ Ini adalah manifestasi dari ajaran mikul duwur mendem jero,” jelasnya.

Dengan adanya acara ini, diharapkan masyarakat semakin memahami pentingnya menghargai perjuangan pendahulu dan terus menjaga persatuan demi keberlangsungan dakwah Islam dan stabilitas negara.


Posting Komentar untuk "Mikul Duwur Mendem Jero: Menghargai Perjuangan Pendahulu dalam Perspektif Kyai Imaduddin Utsman Al Bantani"